TEMPO.CO, Jakarta - Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian menggandeng tokoh masyarakat, agama, dan adat untuk memberikan dukungan untuk program pengendalian penyakit hewan. Dirjen PKH I Ketut Diarmita mengatakan peran para tokoh penting untuk pengendalian penyakit Flu Babi Afrika di wilayah Bali dan Nusa Tenggara Timur.
"Saya berharap para tokoh masyarakat, agama, dan adat yang hadir khususnya dari Bali dan NTT dapat mendukung upaya pencegahan dan pengendalian penyakit yang saat ini mengakibatkan kematian babi di Bali dan NTT," kata Ketut dalam keterangan tertulis, Ahad, 8 Maret 2020.
Menurut dia, selama ini pengendalian penyakit hewan lebih banyak mengandalkan aspek teknis saja, padahal aspek lain seperti sosial budaya dan dukungan politis tidak kalah pentingnya. Ia kemudian mengambil contoh pentingnya pelibatan tokoh yang dipercaya oleh masyarakat dalam pengendalian penyakit hewan.
Ketut menjelaskan dalam beberapa bulan terakhir, Ditjen PKH terus berfokus dalam penanganan penyakit yang mengakibatkan kematian babi. Kejadian tersebut berawal di Sumatera Utara pada akhir 2019, yang kemudian dinyatakan secara resmi sebagai wabah African Swine Fever atau ASF alias Flu Babi Afrika.
Menurut dia, flu babi merupakan penyakit yang sudah lama ada, diawali di Afrika pada tahun 1920-an. Penyakit ini menyebar ke Eropa dan akhirnya dalam beberapa tahun terakhir masuk ke dan menyebar di Asia. "Penyakit ASF ini sangat menular, dan sampai saat ini belum ada obat atau vaksinnya," ujar Ketut.